Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, perdagangan jasa
Indonesia sejatinya menjadi hal yang perlu lebih diperhatikan daripada
perdagangan barang, utamanya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 mendatang.
Ia menuturkan, sebenarnya MEA bukanlah sesuatu
yang datang tiba-tiba, karena saat ini pintu perdagangan bebas sudah
terbuka 85 persen. Artinya, sebetulnya persiapan MEA bukan sesuatu yang
berawal dari nol, meski di beberapa hal masih belum dilakukan sama
sekali.
"Yang paling penting adalah jasa. Ini menjadi tantangan besar, karena
saat ini perdagangan jasa defisit 9 miliar dollar AS," ujar Bayu dalam
Market Review & Outlook 2014 Perdagangan Bursa Berjangka, di
Jakarta, Rabu (20/11/2013).
"Ekspor kita itu diangkut oleh
angkutan asing. Artinya, pendapatan yang kita terima, kita pakai lagi
untuk membayar dia," sebutnya lagi.
Ternyata, lanjut Bayu,
defisit perdagangan jasa sebesar itu sama besarnya dengan defisit
perdagangan minyak dan gas, proyeksi hingga bulan Desember 2013.
Kekhawatiran
Bayu bukan tanpa alasan. Pada 2014 mendatang, realisasi investasi
selama tiga tahun terakhir menunjukkan hasil. Pada 2011-2013 ini,
Indonesia mencatat investasi terbesar. Pembangunan pabrik-pabrik pun
diperkirakan akan rampung tahun depan.
Dengan segera,
pabrik-pabrik itu akan mengeluarkan produk yang bakal dipasarkan ke
pasar domestik dan luar negeri (ekspor). "Volume produksi yang kita
miliki meningkat. Dan ini menjadi tantangan kita untuk mempersiapkan hard infrastructure dan soft infrastructure
untuk memfasilitasi trading yang meningkat. Jadi, kalau kita biarkan
terus-menerus dikuasai asing, kita akan makin serius menghadapi
perdagangan jasa," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar